Batu Bara (garis62.id) – Kasus pemberhetian seorang guru agama Islam honorer di UPT Sekolah Dasar Negeri (SDN) 30 Pasar Lapan, Air Putih, Batubara, Sumatera Utara, berakhir damai.
Proses perdamaian yang sempat menjadi sorotan publik antara Kepala Sekolah Sugiatik dan guru Honorer Eviriani Siregar di UPT SDN 30 Pasar lapan setelah kedua pihak melakukan pertemuan di sebuah cafe berlokasi di Desa Tanah Merah, Air Putih, Batubara, Kamis (14/11/2024).
Pertemuan diinisiasi oleh dinas Pendidikan Batubara tersebut dengan memanggil kedua belah pihak untuk mengklarifikasi peristiwa yang sebenarnya guna mencari jalan damai antara Sugiatik dan Eviriani Siregar.
Tampak hadir di lokasi, Kadis Pendidikan Djonis marpaung bersama Kabid GTK Daniel, pihak kepala sekolah Sugiatik didampingi rekannya, guru honorer didampingi kuasa hukumnya dari Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indinesia (AGPAII).
Awal perbincangan, terlihat masing-masing pihak bersikeras dengan dalil argumentasinya ihwal asal muasal kasus yang berujung pada pemberhentian guru honorer itu.
Meski begitu, dengan mempertimbangkan akan pentingnya menjaga marwah dan martabat pendidikan di Batubara agar tidak berimbas menimbulkan korban moril maupun materil hinga berlarut-larut.
Disepakati perdamain dan saling maaf antara kedua belah pihak. Dalam islah ditengahi kepala Dinas tersebut, Sugiatik akan menarik surat pemberhentian terhadap Eviriani Siregar dan kembali lagi menjalankan aktivitas mengajarnya serta keduanya menyepakati untuk memenegerial posisi atau jabatannya secara profesional dan tidak akan mengulangi peritiwa serupa.
“Alhamdulillah, antara Kepala Sekolahku ibu Sugiatik dan guruku ibu Evi, sudah berdamai dan saling bermaaf-maafan. Kita gak mau peristiwa seperti ini timbul kembali, ke depan kita fokus bagaimana pendidikan di Batubara ini semakin membaik,” kata Jhonis Marpaung saat antara kedua pihak saling salam dan maaf, Kamis (14/11/2024).
Jonis menyampaikan, semula ia sudah mengetahui keributan atau persoalan antara keduanya. Namun ia masih memantau sampai sejauh mana kedewasaan dan profesional antara kepala sekolah dan guru memenagemen pendidikan untuk kepentingan peserta didik.
“Sebagai pendidik, saya pun berangkat dari seorang guru, kita semua harus sadar menurunkan ego, gak mestilah peristiwa seperti ini sampai terjadi. Ayok sama kita jaga,” katanya.
Sementara dari DPD AGPAII Batubara, Saut Silalahi menyampaikan apresiasi jalan damai yang telah tercipta. Sebab, segala persoalan yang timbul di lingkungan para guru-guru perlu dihadapi dengan kesadaran dan pengendalian diri hingga melahirkan kebaikan bersama.
“Kita bersyurlah akhirnya kita jumpa dengan jalan musyarawah dan mufakat. Kita semua ini sebagai guru marilah bersama kesampingkan ego pribadi mencotohkan kebaikan kepada masyarakat, kita hadir semua disini bukan untuk saling menyalahkan atau untuk mencari pembenaran satu sama lain, tapi memang untuk mencari jalan terbaik agar persoalan ini bisa diselesaikan,” kata Saut Silalhi.
Saut pun akhir merasa senang dan bangga lantaran hasil pertemuan antara kedua pihak yang berseteru menemukan titik damai dan tidak berlanjut pada proses yang lebih jauh.
“Kalau rukun begini kan kita semua senang, publik pun tenang hingga tidak menimbulkan persepsi negatif di masyarakat. Alhamdulillah, yang sudah ya sudahlah, kita lupakan semuanya toh kita semua sudah saling memaafkan semoga tidak menimbulkan saling ketersinggungan, tidak suka antara kita semua,” ucapnya.